Monday, September 14, 2009

MALAYSIA DI GANYANG TAPI INDON TERGANYANG

Hari ini kita jadi pelik dan terharu bila ada segelintir umat Indonesia yg terkenal dengan semangat kepahlawanannya merusuh dan membantah sekeras-kerasnya terhadap negara Malaysia yg dituduh menciplak tariannya dan menuduh malaysia membunuh dan mengainayai pembantu rumah (TKI)rakyatnya,Tapi bila kita selidiki dan perhalusinya ternyata ada kebenaranya dan ada keraguannya.
Faktor-faktor terjadi keseragaman.
1)Rakyat Indonesia yg berhijrah kemalaysia dan memohon kerakyatan menjadi rakyat malaysia bergiat dengan kesenian dan meyayikan lagu lorat Jawa.Minang.Batak.Sunda.Aceh dan lain-lain lagi.
2)Rakyat Malaysia yg berkahwin dengan Rakyat Indonesia dan menetap di Malaysia mengajar anak -anak meraka tradisi moyang meraka.
3)Rakyat Malaysia yg belajar di Negara Indonesia balik kemalaysia dan terbawa-bawa tatacara kehidupan sosial di Indonesia.
4)Rakyat Indonesia(PATI) yg datang kenegara ini terlalu ramai sehingga mera terpanggil untuk melakukan jenayah bagi memperolehi kekayaan dengan cepat.
5)Rakyat Indonesia lupa bahawa malaysia itu darah daging meraka yg merantau lebih dulu kemalaysia dan menikmati kesenangan di Malaysia.
6)Mungkin rakyat malaysia juga lupa kebaikan tidak harus di beri sewenang-wenangnya dan harus meneliti dan menilai dengan mendalam segala bentuk bantuan agar tidak menjadi seperti meludah kelangit.
7)Maka kita perlu sedar bahawa Malaysia dan Indonesia sebenarnya bersaudara seperti apa yg telah diwarwarkan oleh kedua pemimpin.Malaysia negara Islam Indonesia Negara Terbesar dan teramai yg menganut islam .maka dalam Agama kedua-dua negara ada meyebut Islam itu bersaudara jadi tulisan seterusnya menepati sikonnya.

Ukhuwah dan Solidaritas

Rasa ukhuwah (persaudaraan) yang dilahirkan Islam buat pemeluknya telah melahirkan sifat solidaritas sosial yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Muslim dan dalam peradaban manusia. Al-Qur'an mengabadikan realitas tersebut.
"Dan mereka (orang-orang Anshar) mengutamakan (Orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)" (Al-Hasyr: 9).
Seorang lelaki mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasalam , tulis Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat di atas tadi di dalam tafsirnya.
"Ya Rasulullah, saya sedang tertimpa kesusahan" kata orang tadi mengadu-kan nasibnya. Si lelaki tadi disuruh mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu alaihi wasalam . Namun, ia tidak menemukan bantuan karena mereka juga tidak punya.
"Adakah seseorang yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmatinya" seru Rasulullah shallallahu alaihi wasalam kepada para sahabatnya.
"Saya ya Rasulullah" jawab Abu Thalhah, orang Anshar menyanggupi.
"Ini tamu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam , sediakan semua jamuan untuknya dan jangan disisakan" pinta Abu Thalhah kepada istrinya setelah ia tiba di rumah. "Tapi kita tidak punya makanan apapun kecuali makanan untuk anak-anak", jawab istrinya masygul.
"Jika anak-anak minta makan ajaklah tidur, kemudian kamu ke sinilah lalu matikan lampu, dan biarlah kita sekeluarga lapar malam ini". Di kala pagi Abu Thalhah bertemu Rasulullah, lalu beliau bersabda: "Allah merasa kagum (atau tertawa) kepada dia dan isterinya", kata Rasulullah ` memuji. (HR. Al-Bukhari)
Islam telah mengikrarkan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara."Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara" (Al-Hujurat: 10).
Ayat ini telah meletakkan dasar keimanan sebagai tali pengikat rasa ukhuwah. Perbedaan warna kulit, suku, bangsa dan status sosial telah disatukan Islam dalam kerangka Iman. Islam memprioritaskan seseorang berdasarkan status taqwanya.
Allah berfirman:"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu" (Al-Hujuraat: 11).
Rasa ukhuwah yang tumbuh pada setiap jiwa orang mukmin merupakan nikmat Allah yang perlu diingat (disyukuri). Ukhuwah di dalam Islam mempunyai arti tersendiri. Penyebutan ukhuwah -sebagai suatu nikmat- didahulukan dari penyebutan diselamat-kannya orang-orang yang beriman dari neraka (lihat QS. Ali Imran: 103).
Rasa ukhuwah akan tumbuh subur jika sifat ananiyah (mementingkan diri sendiri), dan cinta dunia dikubur dalam-dalam. Untuk menghilangkan sifat ananiyah, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menjadikan rasa cinta kepada sesama Muslim sebagai bentuk kesempurnaan Iman.




No comments: